Knowledge Management in Pursuit of Performace: Insights from Nortel Networks

diambil dari tautan http://kambing.ui.ac.id/bebas/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2004/66/66_11_MISQ-26-03-2002-Anne_Mitzi_Tony.pdf

Pada sekitar tahun 1994 hingga tahun 2000, Nortel berubah haluan cara produksi barang
dari yang berbasis pada perkembangan teknologi ke basis pelanggan – lebih
mengutamakan kebutuhan pelanggan. Pada tahun 2000, Nortel mengalami keuntungan
yang besar dibandingkan pesaing-pesaing lainnya. Keuntungan tersebut dikarenakan
perubahan besar di Nortel yang mendesain ulang produknya (new product development).
Ketika mendesain ulang produknya, Nortel menggunakan pendekatan metode knowledgeintensive
work yang berbasiskan pada pengetahuan karyawan.
Fokus utama dari makalah ini adalah mempelajari cara Nortel untuk me-reengineer frontend
New Product Development dan mempelajari knowledge management yang digunakan
oleh Nortel. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan suatu petunjuk bagaimana
membangun suatu model knowledge management yang sukses.
Salah satu yang melatarbelakangi perkembangan Nortel adalah ketika tahun 1980 hingga
1990an, terjadi peningkatan kompetisi industri dibidang telekomunikasi. Industri pada
saat itu antara lain adalah AT&T, MCI, RBOC, dan pelbagai ISP. Industri tersebut
berkompetisi dalam berbagai hal, seperti teknologi, harga, dan layanan. Alasan
peningkatan tersebut ternyata dimotori oleh perkembangan teknologi telekomunikasi
yang pada saat itu perusahaan terbesarnya adalah Nortel Networks. Nortel sangat
mempunyai perkembangan inovasi teknologi yang baik dan bagus sehingga kemampuan
telekomunikasi semakin bagus namun harga semakin murah.
Meskipun pada awal tahun 1994 new development product dianggap terlalu riskan oleh
dua orang eksekutif Nortel, namun hal tersebut tetap dilaksanakan hingga pada tahun
2000, Nortel memimpin industri telekomunikasi. Strategi yang dilakukan Nortel adalah
new development product dibangun berdasarkan process-oriented knowledge
management, mempertimbangkan faktor internal – seperti kemampuan perusahaan dalam
mengembangkan produk dengan model baru – dan eksternal – memperhatikan kebutuhan
konsumen dan mempertimbangkan kemampuan pesaing, proses mendesain ulang new
development product dikenal dengan nama Galileo sedangkan alat knowledge
management yang digunakan dikenal dengan nama Virtual Mentor. Tujuan dari proses
Galileo di Virtual Mentor adalah melakukan efisiensi dalam pengungkitan aset
pengetahuan multidisiplin, meningkatkan new development product decision-making
process, menfasilitasi pembelajaran dan pertukaran pengetahuan. Inti dari proses Galileo
adalah membuat jalur atau link yang menyatukan pengetahuan untuk tujuan bisnis.
Pertanyaan pada kasus Nortel ada dua, yaitu bagaimana sistematik dan tripartied focus –
proses, manusia, dan teknologi – menjadikan perencanaan dan adopsi dari solusi
knowledge management sehingga tujuan bisnis perusahaan tercapai dan faktor yang
mempengaruhi inisiatif sukses knowledge management untuk meningkatkan proses
bisnis.

Kesimpulan:
Kesimpulan dari makalah ini adalah menunjukkan bahwa knowledge management
merupakan topik yang dikenal sejak tahun 1990 dan knowledge management menganggap
pengetahuan sebagai aset yang sangat berharga. Inti dari penerapan knowledge
management adalah pertanyaan “pengetahuan apa yang perlu di-manage dan untuk tujuan
meningkatkan apa?”. Dan pernyataan dari penulis bahwa Nortel telah berhasil untuk
merencanakan dan mengimplementasikan solusi yang sesuai.

This entry was posted in Knowledge Management Case. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *